Tuesday, August 4, 2009
"Mizuno-sama, tolong tetap disini sampai saya kembali."
"Kalau aku tidak mau, bagaimana?"
"Mizuno-sama—"
"Haaa~~ii, Hiroshi-san. Aku tak akan kemana-mana. Memangnya kau mau kemana, sih? Misterius amat. Lagipula kau kan bodyguardku, seharusnya mengikutiku terus dong!"
"....toilet, kok...."
"Oh."
Tuh kan. Apa lebih baik Mizuno tidak usah tanya saja tadi? Dirinya jadi seakan jahat pada bodyguardnya itu, seperti melarangnya ke WC. Tersenyum miris dan mengangguk kecil, diizinkannya Hiroshi Kawashima untuk pergi, setengah berjanji akan terus berada di halaman Fujisaki. Baru saja Mizuno dan Hiroshi tiba, menembus portal kolam ikan dan tiba-tiba terjadi obrolan yang barusan itu. Apa? Kau bertanya dimana Chinatsu-san? Sedang sibuk, tuh. Okaa-sama butuh bantuan di rumah, katanya. Gadis kecil berambut sepinggang itu menoleh kanan kiri, membelai Ucchi si kucing di dalam pelukannya sembari menggembungkan pipinya. Sepertinya akan bosan jika terus menunggu disini.
"Tunggu Hiroshi-san atau tidak, ya, Ucchi?"
"Meeong."
"Apa? Tidak usah?"
Hoh, Mizuno mulai lagi bicara pada kucingnya. Ucchi kini bergerak meronta, melompat turun dari pelukan majikannya dan mulai menjilati tubuhnya. Mizuno hanya memperhatikan kucingnya sekilas, kembali menggembungkan pipinya dan mengerling ke arah bangunan Fujisaki. Tampaknya sudah ramai, ya? Kalau saja rumah Mizuno ada di wilayah Akita, tak akan serepot ini jadinya. Harus bolak-balik Akita-Yokohama tanpa sihir sebenarnya cukup merepotkan. Yah, mau bagaimana lagi? Mungkin hanya Mizuno satu-satunya yang bisa sihir di keluarga Akamatsu, Hiroshi sebenarnya tak masuk hitungan juga sih—err—pokoknya begitulah!
"Ke dalam saja yuk, Ucchi. Aku haus," kebiasaan buruk Mizuno, jika tak ada Hiroshi di sampingnya, maka dengan seenaknya ia akan 'berkeliaran'. Gadis empatbelas tahun itu menggeret koper pink bergambar Hello Kitty yang berada di sampingnya, mengedikkan kepala pada kucing Mackerel Tabby-nya dan berjalan meninggalkan halaman Fujisaki. Mungkin lebih tepatnya, kolam ikan Fujisaki. Ucchi berjalan pelan di sampingnya. Dan baru setengah perjalanan, alis gadis kecil itu terangkat melihat beberapa anak berkumpul di depan Fujisaki. Yah, beberapa meter dari bangunan sih, tidak benar-benar di depannya. Ucchi sendiri mengeong beberapa kali ke arah anak-anak itu, seperti tengah memberitahukan sesuatu. Mizuno mengernyitkan dahinya, menatap kucing kesayangannya kebingungan. Memangnya disana ada apa?
Menuruti insting Ucchi (yang biasanya selalu benar, dan kalian tahu bukan dia hanyalah kucing biasa?), Mizuno berjalan dam menggeret kopernya mendekati sekumpulan anak itu. Beberapa terlihat membawa tempat air, entah itu ember atau teko atau—
"EO-CHAN!"
Nyah. Kenapa Shikigami milik Morigawa-sensei bisa ada di tempat ini? Tubuhnya basah kuyup, juga. Daritadi bergeming, berdiri, namun beberapa kali disirami air nampaknya tidak berhasil membangunkannya. Oh oh, sekarang Mizuno tahu alasannya mengapa Eo-chan terlihat selalu berada di dalam kulkas Main House asrama—dasar penguin. Ditinggalkannya si koper pink dan berjalan mendekati Eo-chan, menepuk-nepuk kepala Shikigami itu dan mengangkat alisnya. Kok tidak ada Eo-chan lainnya ya? Maksudnya, duplikatnya. Biasanya Shikigami ini selalu memakai Kagebunshin. Tumben sekali sekarang tidak.
"Eo-chan, daijoubu?" tepuknya sekali lagi, berusaha menyadarkan Eo-chan. Diajak bicara mungkin bisa sadar, mau disiram lagi memangnya? Atau diceburkan ke kolam ikan Fujisaki? Atau Onsen? Gila saja. Manik coklatnya melirik kiri-kanan, mencari-cari Morigawa-sensei. Huh, master macam apa itu, membiarkan Shikigami-nya berkeliaran dalam wujud penguin seperti ini?
"Ada yang lihat majikannya, tidak? Err—tinggi, putih, rambutnya agak jabrik, kalau senyum agak sedikit nakal. Dan obrolannya tak jauh-jauh dari game—"
—sepertinya tak ada yang lihat, deh. Percayalah.
"Kalau aku tidak mau, bagaimana?"
"Mizuno-sama—"
"Haaa~~ii, Hiroshi-san. Aku tak akan kemana-mana. Memangnya kau mau kemana, sih? Misterius amat. Lagipula kau kan bodyguardku, seharusnya mengikutiku terus dong!"
"....toilet, kok...."
"Oh."
Tuh kan. Apa lebih baik Mizuno tidak usah tanya saja tadi? Dirinya jadi seakan jahat pada bodyguardnya itu, seperti melarangnya ke WC. Tersenyum miris dan mengangguk kecil, diizinkannya Hiroshi Kawashima untuk pergi, setengah berjanji akan terus berada di halaman Fujisaki. Baru saja Mizuno dan Hiroshi tiba, menembus portal kolam ikan dan tiba-tiba terjadi obrolan yang barusan itu. Apa? Kau bertanya dimana Chinatsu-san? Sedang sibuk, tuh. Okaa-sama butuh bantuan di rumah, katanya. Gadis kecil berambut sepinggang itu menoleh kanan kiri, membelai Ucchi si kucing di dalam pelukannya sembari menggembungkan pipinya. Sepertinya akan bosan jika terus menunggu disini.
"Tunggu Hiroshi-san atau tidak, ya, Ucchi?"
"Meeong."
"Apa? Tidak usah?"
Hoh, Mizuno mulai lagi bicara pada kucingnya. Ucchi kini bergerak meronta, melompat turun dari pelukan majikannya dan mulai menjilati tubuhnya. Mizuno hanya memperhatikan kucingnya sekilas, kembali menggembungkan pipinya dan mengerling ke arah bangunan Fujisaki. Tampaknya sudah ramai, ya? Kalau saja rumah Mizuno ada di wilayah Akita, tak akan serepot ini jadinya. Harus bolak-balik Akita-Yokohama tanpa sihir sebenarnya cukup merepotkan. Yah, mau bagaimana lagi? Mungkin hanya Mizuno satu-satunya yang bisa sihir di keluarga Akamatsu, Hiroshi sebenarnya tak masuk hitungan juga sih—err—pokoknya begitulah!
"Ke dalam saja yuk, Ucchi. Aku haus," kebiasaan buruk Mizuno, jika tak ada Hiroshi di sampingnya, maka dengan seenaknya ia akan 'berkeliaran'. Gadis empatbelas tahun itu menggeret koper pink bergambar Hello Kitty yang berada di sampingnya, mengedikkan kepala pada kucing Mackerel Tabby-nya dan berjalan meninggalkan halaman Fujisaki. Mungkin lebih tepatnya, kolam ikan Fujisaki. Ucchi berjalan pelan di sampingnya. Dan baru setengah perjalanan, alis gadis kecil itu terangkat melihat beberapa anak berkumpul di depan Fujisaki. Yah, beberapa meter dari bangunan sih, tidak benar-benar di depannya. Ucchi sendiri mengeong beberapa kali ke arah anak-anak itu, seperti tengah memberitahukan sesuatu. Mizuno mengernyitkan dahinya, menatap kucing kesayangannya kebingungan. Memangnya disana ada apa?
Menuruti insting Ucchi (yang biasanya selalu benar, dan kalian tahu bukan dia hanyalah kucing biasa?), Mizuno berjalan dam menggeret kopernya mendekati sekumpulan anak itu. Beberapa terlihat membawa tempat air, entah itu ember atau teko atau—
"EO-CHAN!"
Nyah. Kenapa Shikigami milik Morigawa-sensei bisa ada di tempat ini? Tubuhnya basah kuyup, juga. Daritadi bergeming, berdiri, namun beberapa kali disirami air nampaknya tidak berhasil membangunkannya. Oh oh, sekarang Mizuno tahu alasannya mengapa Eo-chan terlihat selalu berada di dalam kulkas Main House asrama—dasar penguin. Ditinggalkannya si koper pink dan berjalan mendekati Eo-chan, menepuk-nepuk kepala Shikigami itu dan mengangkat alisnya. Kok tidak ada Eo-chan lainnya ya? Maksudnya, duplikatnya. Biasanya Shikigami ini selalu memakai Kagebunshin. Tumben sekali sekarang tidak.
"Eo-chan, daijoubu?" tepuknya sekali lagi, berusaha menyadarkan Eo-chan. Diajak bicara mungkin bisa sadar, mau disiram lagi memangnya? Atau diceburkan ke kolam ikan Fujisaki? Atau Onsen? Gila saja. Manik coklatnya melirik kiri-kanan, mencari-cari Morigawa-sensei. Huh, master macam apa itu, membiarkan Shikigami-nya berkeliaran dalam wujud penguin seperti ini?
"Ada yang lihat majikannya, tidak? Err—tinggi, putih, rambutnya agak jabrik, kalau senyum agak sedikit nakal. Dan obrolannya tak jauh-jauh dari game—"
—sepertinya tak ada yang lihat, deh. Percayalah.
Labels: 1998, Fujisaki, Mizuno
xoxo. Mizuno Akamatsu.
Post a Comment